Mas Jumantil, sepupu Kang Jitun akan maju sebagai calon lurah di desa Waru. Belakangan ia menjadi seorang dermawan, yang semua orang tahu, itu bukan sifat dia yang sebenarnya dalam kesehariannya.
Dengan alasan dia sedang berulang tahun, ia bersama pendukungnya membagikan sembako kepada penduduk calon pemilih beberapa hari sebelum masa kampanye.
Tindakan itu benar dan tidak dilarang, ia membagikan miliknya sendiri dan si penerima bebas menolak atau menerima, tidak ada paksaan. Namun semua orang tahu bahwa tindakan itu tidak tepat waktu, tidak tepat situasi dan tidak tepat sasaran. "Hanya pencitraan," kata Kang Kimun yang tahu istilah pencitraan dari seringnya nonton tv.
Yang benar belum tentu layak dan pantas.
Kelompok Jatilan "Jarang Ginoyang" akan mengadakan pentas di halaman rumah seorang warga yang mengadakan syukuran. Sehari sebelumnya, terjadi angin kencang yang menyebabkan korban jiwa, korban rumahnya bersebelahan dengan halaman rumah yang rencananya untuk pentas. Sebagian anggota ngotot, pertunjukan harus tetap dilaksanakan. Pak RT yang bijak menyarankan; sebaiknya ditunda saja bulan depan, kalau sekarang, situasi dan kondisinya tidak pas, kita harus menghormati keluarga korban, tidak dilarang namun tidak sepantasnya. Itu namanya; _Bener nanging ora pener._
Dalam bertutur kata pun seyogyanya dengan kalimat yang baik dan benar serta tepat sesuai situasi dan kondisinya dan dengan siapa kita bertutur.
Petuah Simbah : _*"Yen tumindak iku, kudu empan papan lan angon mangsa, ora dumeh duwe lan bisa, apa maneh yen amerga kuwasa."*_
(by.@SUN)